Kamis, 30 April 2009

Kuliah Tamu

Rabu, 29 April 2009, bertempat di Ruang Sidang Jurusan Teknik Sipil ITS, diadakan kuliah tamu dengan tema ‘Pelaksanaan Recycling dengan Cold Milling Machine Dalam Rangka Preservasi Jalan dan Penghematan Biaya / Sumber Daya Alam’, dengan pembicara DR. Ir. Martinus Agus Sugiyanto, MT. Kuliah tamu yang menjadi agenda rutin Jurusan Teknik Sipil ITS, kali ini demoderatori oleh Prof. Indrasurya B. Mochtar, yang kebetulan dulu adalah salah satu penguji disertasi dari Bapak Martinus ini, tidak heran jika mereka berdua terlihat akrab. Sebuah kuliah tamu yang sangat menarik sekaligus bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan baru, terutama bagi mahasiswa seperti saya. Kali ini saya coba mereview apa yang telah disampaikan pada kuliah tersebut, tentunya menggunakan gaya bahasa saya sendiri yang lebih simpel. Semoga bisa bermanfaat, terutama bagi mahasiswa yang tidak sempat mengikuti atau berhalangan hadir.

Permasalahan klasik perkerasan Jalan Nasional seakan tak kunjung terselesaikan. Pelayanan jalan selalu dianggap kurang memuaskan, padahal fungsi jalan sangat vital bagi perekonomian suatu negara. Banyak upaya telah dilakukan, namun belum ada yang memberikan hasil yang baik.

Permasalahan perkerasan di Indonesia sangat kompleks. Tidak jarang kerusakan perkerasan kita temui di jalan-jalan arteri yang menjadi urat nadi perekonomian nasional. Permasalahan-permasalahan seperti rutting, retak-retak, bleeding, dan drainase seakan menjadi masalah yang tidak kunjung teratasi.


Upaya yang biasa dilakukan untuk mengatasi kerusakan jalan di Indonesia ada dua cara. Pertama yaitu dengan mengganti seluruh perkerasan. Yaitu meng-excavate seluruh lapisan mulai dari lapisan aspal, subbase, base course, sampai subgrade (lapisan tanah asli), kemudian menggantinya dengan lapisan baru. Tentu ini membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan pengerjaannya juga butuh waktu lama.

Upaya kedua yang biasa dilakukan adalah overlay terhadap perkerasan yang rusak. Bisa dilakukan overlay segmen ataupun overlay total. Cara ini memang lebih hemat dan cepat, tapi bukan berarti tidak punya kekurangan. Kekurangannya adalah jika dilakukan overlay terus-menerus, maka elevasi jalan semakin lama akan semakin bertambah tinggi. Ini bisa berbahaya karena daerah di pinggir jalan menjadi lebih rendah dari jalan. Selain itu, jika dilakukan pada jalan di jembatan, maka akan mengurangi tinggi ruang bebas pada jembatan tersebut. Kekurangan lain pada metode overlay adalah masalah retak pada aspal tidak akan teratasi. Karena retak pada lapisan lama akan ter-transfer pada lapisan overlay baru di atasnya. Jadi dalam waktu singkat lapisan overlay baru sudah akan mengalami retak-retak.

Untuk mengatasi permasalah jalan di Indonesia tersebut maka dilakukan metode alternatif daur ulang (recycling). Diusulkan suatu metoda rekonstruksi lapis perkerasan dengan cara daur ulang campuran dingin menggunakan “Foam Bitumen”, yang telah dicoba dilakukan di Jalur Pantura. Dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan ini memberikan harapan baik. Pelaksanaan ini selain menunjukkan penghematan, baik biaya maupun sumber daya alam (material), juga hasil berupa konstruksi lapis perkerasan yang memadai.

Prinsip kerja recycling perkerasan beraspal adalah memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan existing pada jalan. Jadi meminimalisir penggunaan material baru yang megambil langsung dari alam, untuk tujuan kelestarian dan penghematan sumber daya alam. Lapisan perkerasan jalan yang ada di seluruh panjang jalan di tanah air ini adalah tabungan yang merupakan kekayaan yang luar biasa besar. Dan akan sia-sia kalau dibiarkan menjadi onggokan material yang tak berguna. Maka adalah tanggung jawab bersama untuk memanfaatkan kekayaan itu agar kembali dan lebih berdaya guna bagi kesejahteraan bangsa.


Pekerjaan Recycling untuk lapisan perkerasan beraspal bisa dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori utama, yaitu:
- Cold Planning
- Hot Recycling
- Hot in-Place Recycling (HIR)
- Cold Recycling (CR)
- Full Dept Reclamation (FDR)

Kategori pertama yaitu Cold Planning sudah sering dilaksanakan di Indonesia. Sehingga pelapisan baru dapat berfungsi dan mempunyai peforma yang bagus. Pelaksanaan ini juga lazim disebut dengan Cold Milling.

Kategori 2 dan 3 yaitu Hot Recycling dan Hot In Place Recycling (HIR). Beberapa waktu yang lalu awal tahun 90-an pernah dilaksanakan di Indonesia, diantaranya adalah ruas Bewen-Kartosuro (Jawa Tengah) dan Bekasi-Cikampek (Jawa Barat).

Kategori 4 dan 5 yaitu Cold Recycling (CR) dan Full Depth Reclamation (FDR) adalah yang sekarang sedang diterapkan dan dilaksanakan di beberapa paket pembangunan jalan.


Cold Recycling (CR)

Cold Recycling (CR) adalah teknik pelaksanaan rehabilitasi lapis perkerasan jalan, dengan cara daur ulang tanpa menggunakan pemanasan untuk RAP dan tambahan agregatnya (jika diperlukan). Cara ini terdiri dari dua macam yaitu cara ditempat (in place), yaitu pelaksanaan pencampuran RAP, tambahan agregat (jika diperlukan) dan tambahan aspal dilakukan di tempat dengan pemroses tertentu atau Cold In-Place. Recycling (CIR) dan pencampuran di Central Plant atau Cold Central Plant Recycling (CCPR). Menurut ARRA rata-rata ketebalan bervariasi mulai dari 5 cm hingga 10 cm. Pelaksanaan di Indonesia bisa mencapai 15 hingga 20 cm.


Full Depth Reclamation (FDR)

Menurut Asphalt Recycling and Reclaming Association (ARRA), untuk pelaksanaan rehabilitasi dengan teknik daur ulang sepenuh ketebalan lapis perkerasan yang ada, diklasifikasikan sebagai Full Depth Reclamation (FDR). Variasi ketebalan lapis beraspal yang disebutkan ARRA adalah berkisar antara 10 cm hingga 30 cm. Sedang kenyataan di Indonesia ketebalan lapis perkerasan beraspal yang ada (existing) bisa mencapai 70 cm bahkan lebih.

Jika disesuaikan dengan kondisi di Indonesia bisa dibedakan menjadi Full Depth Reclamation dan Semi Full Depth Reclamation.

1. Full Depth Reclamation (CTRB dan CMRFB) adalah kondisi existing memungkinkan untuk direkontruksi menjadi (dari lapis bagian bawah).
- Lapis Granular (existing) yang bisa berfungsi sebagai sub-grade/sub-base.
- CTRB
- CMRFB
- Wearing Course (lapisan baru)

2. Semi Full Depth : kondisi ini terdiri dari 2 (dua) macam kondisi, yaitu :

a. Kondisi existing hanya memungkinkan untuk CTRB saja. Hal ini ditentukan setelah dilakukan test pit kondisi lapisan beraspal existing (calon RAP) tidak memungkinkan di daur ulang (recycling) menjadi CMRFB.
- Existing
- CTRB
- Binder Baru
- Wearing Baru
b. Kondisi existing, yaitu hasil pengamatan dari test pit didapatkan kenyataan bahwa kondisi struktur lapis perkerasan masih bagus / layak sehingga cukup dilakukan daur ulang hanya untuk lapisan beraspal (CMRFB).
- Existing
- CMRFB
- Wearing Course Baru



Begitulah sekilas review kuliah tamu yang diadakan pada hari Rabu, 29 April 2009 kemarin. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa pun bagusnya metode preservasi dan rejuvenate perkerasan jalan aspal, jika pengguna jalan tetap tidak sadar dan tetap membawa beban sampai over load, maka semua usaha yang telah dilakukan akan sia-sia saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar