Tampilkan postingan dengan label Hobi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hobi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Desember 2010

Ijinkanlah Aku Rindu

Ijinkanlah Aku Rindu, kalimat tersebut saya kutip dari sebuah lirik lagu ciptaan Ebiet G Ade, berjudul "Elegi Esok Pagi". Lirik lagu memang terkadang bisa mewakilkan perasaan seseorang. Ribuan lirik telah terlahir di dunia ini dan dari ribuan tersebut pasti ada beberapa yang mengena pada kita. Tanpa disadari entah mengapa tiba-tiba saya tersentuh oleh lirik lagu lawas ini, padahal ketika lagu ini diciptakan saya belum lahir. Inilah yang dinamakan kekuatan lagu. b^^d

Ijinkanlah kukecup keningmu
Bukan hanya ada di dalam angan
Esok pagi kau buka jendela
Kan kau dapat seikat kembang merah

Engkau tahu aku mulai bosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Menyambut pagi membuang sepi

Ijinkanlah aku kenang
Sejenak perjalanan
Dan biarkan ku mengerti
Apa yang tersimpan di matamu

Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi diatas mimpi

Ijinkanlah aku rindu
Pada hitam rambutmu
Dan biarkan ku bernyanyi
Demi hati yang risau ini

Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi diatas mimpi

Pagi ini, Jum'at 17 Desember 2010 di tengah suara derasnya air hujan, di tengah bisingnya suara pekerja bangunan yang tak pernah lelah mendirikan gedung ini, dan di tengah kesibukan menyelesaikan segala permasalahan proyek, terdengarlah lagu ini. Walaupun dengan volume yang kecil jika dibandingkan dengan segala kebisingan yang ada tetapi lagu ini telah sukses menculik telinga dan hati saya.

Saya benci rindu. Hampir sama seperti racun, jika ia mulai menyerang dan sedikit saja terlintas di kepala harus sesegera mungkin disingkirkan, cepat-cepat dicegah sebelum ia berhasil menyerang ke pusatnya, yaitu 'hati'. Bukan karena saya tidak sayang pada orang terkasih, tetapi karena rasa itu sungguh menyiksa, tidak ada obatnya, kecuali dengan bertemu langsung. Dear God the only thing I ask of you is to hold her when I'm not around (nyanyi lagi deh,, hehe..)

Bulan Desember sebentar lagi berakhir. Hari bersejarah bagi kami semakin dekat. 1 Januari 2011 nanti, tepat 1 tahun umur hubungan ini. Suka duka sudah kami lalui, ternyata tidak mudah memang membangun sebuah hubungan (apalagi jarak jauh). Saya ingin bertemu dia di hari itu, banyak hal yang ingin saya bicarakan, banyak hal yang ingin saya tanyakan, banyak hal yang ingin saya ceritakan.. semoga saja bisa..

kenangan yang tersisa:

2 Januari 2010 @WBL (Wisata Bahari Lamongan) dalam rangka Family Gathering PT. Merak Jaya Beton, perusahaan tempat dia pertama kali bekerja. Ini adalah pertama kali kami jalan-jalan bareng berdua. Sempat kaget juga karena langsung diberi ijin oleh orang tuanya, suatu kehormatan bagi saya diberi kepercayaan seperti ini. Walaupun masih malu-malu kucing tapi saya merasa senang sekali waktu itu. Dia membuatku merasa nyaman ada di dekatnya. Sejak saat itu kami jadi sering keluar bareng.


17 Januari 2010 @Montupa (Monumen Tugu Pahlawan Surabaya). Rencana awalnya ingin jalan-jalan ikut Surabaya Heritage Track, tapi apadaya kami terlambat mendaftar, ternyata pesertanya sudah full. Sebagai orang asli Surabaya, dia berhasil menjadi guide yang baik, dia langsung mengajakku mengunjugi Montupa. Tempat yang belum pernah saya kunjugi sebelumnya walaupun sudah kuliah selama 4 tahun di Surabaya. Tengkyu, kamu memang paling pinter membuatku tidak pernah merasa bosan.


24 Januari 2010 @Museum Sampoerna dalam rangka mengikuti Surabaya Heritage Track. Rencana kami akhirnya terwujud. Tur gratis keliling Kota Surabaya naik Bus Sampoerna melihat-lihat warisan budaya di Kota Surabaya. Pengetahuanku tentang kota ini bertambah, sebuah kota yang punya nilai sejarah tinggi. Kota yang tidak pernah mungkin saya lupakan, banyak kenangan indah di sini.

Beberapa bulan kemudian kami harus berpisah. Urusan pekerjaan yang mengharuskan kami berpisah. Saya ditugaskan ke Makassar sedangkan dia ditugaskan ke Asam-Asam, Kalimantan Selatan. Tidak mudah lagi untuk bertemu, hobi nonton di setiap akhir pekan harus berakhir, hobi makan di Mahkota Royal Plaza harus berakhir, hobi jalan-jalan keliling kota pun juga harus berakhir. Tapi satu yang pasti, hubungan ini tidak boleh berakhir, kami tidak akan menyerah pada keadaan :)


13 September 2010 atau H+3 Hari Raya Idul Fitri 1431 H @Gunung Bromo Probolinggo. Momen yang pas untuk silaturahmi, ini adalah pertama kali dia kukenalkan kepada keluargaku di Jember. Dulu dia pernah bilang kalau ingin sekali melihat Gunung Bromo, dan saya berjanji akan membawanya ke sana suatu hari nanti. Senang sekali bisa mewujudkan keinginannya saat itu.


14 September 2010 @Pantai Papuma Jember. Obyek wisata andalan kota Jember. Berkunjung ke Jember belum lengkap jika tidak ke pantai ini. Pemandangannya indah dan masih alami. Suatu hari nanti saya akan mengajaknya main-main lagi ke kota ini.


17 Nopember 2010 @Samalona Island Makassar. Dia mengunjungiku ke Makassar. Kami banyak menghabiskan waktu berdua. Kuajak dia menjelajahi Kota Makassar. Walaupun hanya 2 hari kita bertemu, tapi itu sungguh berharga, karena waktu sekarang sudah menjadi barang yang sangat mahal >,<


17 Nopember 2010 @Trans Studio Makassar. Seharian penuh kita jalan-jalan mengelilingi kota Makassar, walaupun capek tapi kita tidak pernah mengeluh. Kami benar-benar memanfaatkan waktu bersama. Bermain-main wahana di Trans Studio mengingatkan saya pada awal-awal dulu kita pacaran. Seperti dejavu, kami mencoba semua permainan di sini, sama seperti ketika di WBL dulu. Perasaanku juga sama seperti dulu, merasa nyaman ada di dekatnya, tidak pernah berubah.

Senin, 17 Agustus 2009

JFC 8


Hooaaammm.. Akhirnya bangun juga dari tidur panjang.. Sudah lama tidak posting di blog, bukan karena gak ada ide atau kehabisan bahan cerita, tapi karena waktu saya yang tersita oleh urusan per-Tugas Akhir-an. Alhamdulillah.. Sekarang semuanya sudah beres, lega sekali rasanya dan nama saya pun menjadi bertambah panjang, yaitu Rizki Setiadi, ST. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Biasanya setelah menyelesaikan suatu pekerjaan yang sangat berat, hal yang paling enak dilakukan adalah klik kanan-refresh (atau tekan F5), menyegarkan kembali jiwa dan raga kita dari rutinitas yang melelahkan. Jangan pernah menyepelekan refreshing, karena itu adalah salah satu kebutuhan. Anda bisa gila jika tidak melakukannya, jadi luangkanlah saja barang sedikit waktu. Refreshing kali ini saya isi dengan mengunjungi tempat yang sungguh indah, sampai-sampai saya memutuskan untuk tidak ikut pergi berlibur bersama teman-teman ke Pulau Bali. Tempat itu tiada lain adalah my beloved city, Jember, hahaha.. home sweet home, memang tidak ada tempat yang seindah rumah sendiri.

Saya tahu anda kecewa mendengarnya, mungkin dalam benak anda berpikir "Apa bagusnya sih Jember, tidak mungkin ada cerita menarik dari sana". Yah.. namanya juga terpaksa, karena masalah finansial. Selain menyita kapasitas otak ternyata Tugas Akhir juga menyita pundi-pundi keuangan saya, sehingga saya tidak bisa berlibur ke tempat yang jauh. Tapi tenang dulu.. kalo tidak ada cerita menarik, tidak mungkin saya posting ke blog ini.

Pernah dengar tentang BBJ (Bulan Berkunjung ke Jember). Ya, itu adalah program pemerintah Kabupaten Jember untuk menarik wisatawan datang ke Jember. Bulan Juni-Agustus adalah waktu dimana saya menganjurkan kepada anda untuk mengunjungi kota ini. Serangkaian acara menarik telah disiapkan oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu tersebut, sayang sekali jika dilewatkan. Jadi selain berkunjung ke wisata alamnya, anda juga bisa menikmati acara-acara yang disajikan. Salah satu acara yang akan saya ceritakan berikut ini bernama JFC (Jember Fashion Carnaval).

Minggu, 2 Agustus 2009, ruas jalan mulai dari Alun-Alun sampai dengan GOR Kaliwates dijejali oleh ratusan ribu orang. Padahal ruas jalan ini merupakan jalan utama di Kota Jember, sehingga lalu lintas di kota ini menjadi benar-benar lumpuh hari itu. Jalanan memang sengaja ditutup dikarenakan ada event JFC. JFC adalah fashion carnaval on the street, yang merupakan fashion dance dan fashion runway terpanjang di dunia dan telah tercatat di MURI sebagai peragaan busana dengan catwalk terpanjang 3,6 km, lebih panjang dari Festival Rio De Janeiro di Brazil, yang hanya 1,1 km. Selain itu jika di Rio Carnival anda dapat melihat ratusan orang berkostum menarik dan sama, maka uniknya di JFC ini anda akan melihat ratusan orang berkostum menarik, tetapi tidak ada satupun yang sama.


Sesuai dengan visi yang diusung yaitu menjadikan Jember sebagai kota wisata mode pertama di Indonesia bahkan di dunia, JFC yang sudah memasuki tahun penyelenggaraan ke 8, kini menjadi salah satu agenda penting fashion internasional. Tidak heran jika banyak wisatawan atau jurnalis asing yang sengaja datang ke Jember untuk menyaksikan event ini. Acara JFC ini selalu mendapat liputan dari media lokal maupun internasional.(Kompas, Tempo, Media Indonesia, Antara, Reuters, AFP, National Geographic, dll).



Tahun ini JFC mengangkat tema utama “World Unity”, yang berarti satukan dan damaikan dunia. Tema ini merupakan pesan dalam mengantisipasi segala hal yang berkembang di dunia baik dari masalah sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Sekaligus mengingatkan kita akan dampak isu global warming, krisis pangan dan lain-lain.




Sebanyak 550 peserta berkarnaval, berfashion runway dan dance, di jalan utama kota Jember disaksikan oleh ratusan ribu penonton di kanan dan kiri jalan. Mereka terbagi dalam 8 defile yang masing-masing defile mencerminkan trend fashion pada tahun yang bersangkutan. Defile pertama adalah defile Archipelago yang mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu secara berkala seperti Jawa, Bali, Sumatera, dan seterusnya. Defile lainnya mengangkat tema fashion yang sedang trend apakah dari suatu negara, kelompok tertentu, film, kejadian atau peristiwa global lainnya. Ketujuh defile tersebut antara lain Barricade, Off Earth, Gate-11, Roots, Methamorphic, Undersea, dan Robotic. Semua busana dibuat dalam bentuk kostum yang kesemuanya dikompetisikan untuk meraih penghargaan-penghargaan. Total ada 75 piala JFC yang diperebutkan.



Peserta merancang, membuat, dan memperagakan sendiri kostum mereka termasuk juga make up dan hair style yang ditampilkan. Untuk itu sebelumnya seluruh peserta yang berasal dari berbagai latar belakang usia, pendidikan dan status sosial mendapatkan in house training fashion design, fashion runway, dance, presenter, make up dan hair style yang diberikan secara cuma-cuma. Tujuannya adalah menggali potensi diri peserta dengan memberikan kesempatan untuk pengembangan kreativitas sehingga akan terlahir ide-ide baru baik dibidang seni tari / dance, merancang busana, aksesories dll. Hal ini sesuai dengan misi JFC yaitu suatu proses atau perjalanan yang membawa banyak manfaat bagi pengembangan dunia pendidikan kita (SDM), kesenian, budaya dan perkembangan perekonomian. So, see you in the next World Fashion Carnival.

Jumat, 05 Juni 2009

Ijen Crater


Minggu tenang perkuliahan, memang tepat rasanya jika digunakan untuk refreshing. Kali ini saya dibuat bingung, karena berada di antara dua pilihan liburan yang jadwalnya bersamaan. Pilihan pertama adalah ikut kuliah lapangan MESDA (Manajemen Ekonomi Sumber Daya Air), yang rencananya akan mengunjungi kota Tulungagung dan Kediri. Melihat bangunan-bangunan sipil di bidang hidroteknik yang unik, tidak bisa ditemui di tempat lain. Sungguh menarik bukan? Apalagi bagi calon civil engineer seperti saya, akan sangat bermanfaat. Ditambah lagi tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun, karena semua sudah ditanggung oleh jurusan. Sepertinya tidak ada alasan untuk menolak tawaran yang satu ini.

Sedangkan pilihan kedua adalah jalan-jalan ke kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur. Tidak kalah menariknya dengan yang pertama. Menikmati mahakarya-Nya yang sungguh indah. Obyek wisata yang menjadi tujuan turis-turis asing sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali atau Lombok. Namanya sudah terkenal di luar sana. Bahkan pernah dipublikasikan dan terkenal di Perancis melalui Tayangan Ushuwaia Adventure yang memperlihatkan Nicolai Hulot sang-penjelajah, duduk diatas perahu karet bercerita tentang asal-usul Kawah Ijen. Akhirnya pilihan saya jatuh kepada Kawah Ijen, dan sampai sekarang saya tidak merasa menyesal sedikit pun.

Minggu, 31 Mei 2009, pukul 6 pagi, menggunakan dua buah mobil, saya bersama kedua-belas teman berangkat menuju Kawah Ijen. Sumber informasi mengatakan untuk mencapai Kawah Ijen saat ini tidaklah terlalu sulit. Terdapat dua cara, pertama melalui kota Banyuwangi sejauh 38 km ke barat melalui Licin, Jambu, Paltuding (1,600 mdpl). Cara kedua adalah melalui kota Bondowoso ke timur melalui Wonosari, Sempol (800 mdpl), Paltuding sejauh 70 km. Cara kedua ini paling banyak ditempuh orang karena melalui jalan aspal mulus, sedangkan cara pertama melalui jalan makadam dengan tanjakan yang cukup curam. Karena kami start dari kota Jember, jadi kami melewati cara kedua, yaitu melalui kota Bondowoso.

Tapi ternyata jalanan tidak semulus yang dibayangkan seperti informasi di atas. Setelah melalui kota Bondowoso, jalanan berubah menjadi ‘ganas’. Melintas di tengan hutan, yang rasanya tidak berpenghuni, jalan aspal rusaklah yang kami dapati. Mungkin akibat truk-truk pengangkut kayu dari hutan. Seperti kita ketahui, perkerasan aspal didesain sesuai rencana beban yang akan melewatinya. Setelah itu barulah bisa ditentukan tebal perkerasan aspal dan jenis aspal yang akan digunakan. Untuk kasus ini, jelas sudah mengapa jalan menjadi rusak. Karena jalan ini tidak didesain untuk dilalui beban berat, sehingga perkerasan aspal menerima beban yang jauh di luar kemampuannya. Hmm.. masalah klasik perkerasan jalan di Indonesia yang tidak kunjung terselesaikan. Sangat disayangkan jalan ini tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah, padahal merupakan akses pariwisata yang potensial. Terpaksa kami harus berjalan dengan kecepatan rendah, karena mobil yang kami gunakan adalah mobil jenis ‘Kijang’. Kesabaran kami diuji di sini, untung saja pemandangan yang disuguhkan begitu indah, jadi bisa mengurangi kejenuhan ini. Saran saya untuk anda, jika ingin menuju Ijen, gunakanlah mobil touring, sejenis jeep, sehingga bisa ‘melibas’ jalanan ini, tidak perlu buang-buang waktu.

Harus sabar

‘Habis gelap terbitlah terang’, cocok untuk menggambarkan keadaan ini. ‘Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian’, rasanya juga cocok. Ya, setelah melewati jalan yang membuat trauma (kata driver), akhirnya kami sampai di suatu tempat bernama Jampit, Kalisat. Daerah terbatas areal Perkebunan Kopi PTP Nusantara XII, dengan tiga pintu gerbang yang berbeda. Di setiap pintu gerbang kami diminta untuk mengisi buku tamu dan tujuan perjalanan. Pemandangan di rute ini sangat bagus, dengan kebun kopi arabikanya yang hijau teratur, hutan pinus Perhutani dan hutan perawan Cagar Alam Ijen-Merapi yang lebat. Jangan heran jika melewati daerah ini jalan begitu sepi, jarang sekali berpapasan dengan kendaraan lainnya, memang serasa jalan pribadi. Tapi harus tetap waspada, karena jalannya sempit, jadi jika berpapasan salah satu mobil harus mengalah. Kunjungan singkat satu hari dapat dilakukan, namun bermalam di perkebunan kopi adalah pilihan yang tepat. Tersedia paket agro-wisata mengunjungi kebun kopi dan unit pemrosesan biji kopi yang patut dipertimbangkan. Juga terdapat air terjun serta pemandian air panas. Tersedia juga guest house di dalam kompleks perumahan perkebunan pada ketinggian sekitar 1.200 mdpl. Tarif penginapan bervariasi. Di Arabica homestay harga mulai 115 ribu. Sayang waktu kami terbatas, jadi tidak bisa mampir.

Gerbang I, Areal Perkebunan Kopi PTP Nusantara XII Jampit, Kalisat

Pemandangan di rute Jampit, Kalisat

Tidak lama kemudian setelah melewati pos ketiga atau pos terakhir areal Perkebunan Kopi PTPN XII, sampailah kami di daerah Paltuding (1.600 mdpl). Ini adalah tempat penitipan kendaraan, dan tempat memulai pendakian. Tarif masuk sangat murah yaitu Rp 1.500,00 saja. Pendakian ke kawah Ijen umumnya disarankan dimulai pada pagi hari, karena mengantisipasi pekatnya asap dan kemungkinan arah angin yang mengarah ke jalur pendakian pada siang hari. Untuk mengejar perjalanan di pagi hari, pengunjung disarankan menginap di lokasi terdekat. Tersedia Pondok Wisata di Paltuding yang cukup bersih, bisa juga membuka tenda di bumi perkemahan Paltuding. Tarif penginapan di pos paltuding tersedia mulai harga 75 ribu. Tapi pada saat itu kami mulai mendaki pada pukul 10.00, sudah tergolong siang, dan turis-turis pun terlihat sudah turun dari puncak.

Gerbang masuk

Untuk mencapai kawah Ijen, dari pos Paltuding ditempuh dengan jalan kaki sejauh kurang lebih 3 km. Sebenarnya bukan jarak yang terlalu jauh. Tetapi berjalah sejauh 3 km di ketinggian di atas 1.600 mdpl, dan dengan kemiringan hampir 30o, bukan pekerjaan yang ringan. Saran saya, jangan membawa orang tua berwisata ke sini, kecuali fisiknya masih oke. Karena tidak lucu ketika nanti di tengah perjalanan, mereka kecapekan dan minta diantarkan pulang ke pos, hmmm.. Sepanjang perjalanan anda akan banyak berpapasan dengan pemikul belerang yang ramah bertukar salam, tapi ingat anda harus memberi jalan pada mereka, karena mereka sedang membawa beban yang berat.

Tim siap berangkat!

Patok informasi (1 hm = 0,1 km)

Setelah berjalan kurang lebih 2 km, anda akan sampai pada tempat bernama Pos Bundar. Sebuah pos dimana para penambang belerang menimbang muatannya dan mendapatkan secarik kertas tentang muatan dan nilainya.

Medan yang harus dilalui untuk sampai puncak

Patok Pos Bundar

Setelah 2 jam kami melakukan pendakian, dengan jalan santai dan banyak beristirahat di tengah-tengah perjalanan, akhirnya sampai juga di puncak dengan ketinggian 2.400 mdpl dan temparature rata-rata di sekitar kawah adalah 13oC di siang hari dan 2oC di malam hari. Tiba di bibir kawah, pemandangan menakjubkan berada di depan mata. Sebuah danau hijau tosca dengan diameter 1 km berselimutkan kabut dan asap belerang berada jauh dibawah. Mungkin inilah alasan mengapa dinamakan Ijen (berasal dari kata ‘ijo’= hijau dalam bahasa Jawa). Danau tersebut sepertinya berada di dalam kawah dengan dinding kaldera setinggi 300-500 m. Sebuah puncak gunung menjulang berada disampingnya. Asap putih yang mengepul dari salah satu kawahnya membumbung tinggi ke udara, menjadikannya kontras dengan lingkungan sekitarnya yang berwarna hijau jade. Penambang-penambang belerang terlihat kecil dari atas. Untuk menuju ke sumber penghasil belerang tersebut, kita perlu menuruni bebatuan tebing kaldera melalui jalan setapak yang dilalui penambang. Masker, slayer, atau sapu tangan basah sangat diperlukan, karena seringkali arah angin bertiup membawa asap menuju ke jalur penurunan.

Wow!

Keunikan yang utama dari wisata Kawah Ijen selain panoramanya yang sangat indah adalah melihat penambangan belerang tradisional yang diangkut dengan cara dipikul tenaga manusia. Penambangan tradisional ini konon hanya terdapat di Indonesia saja (Welirang dan Ijen). Beban yang diangkut masing-masing per orangnya sampai seberat 85 kg. Beban ini luar biasa berat buat kebanyakan orang, manakala belerang diangkut melalui dinding kaldera yang curam sejauh 800 m, kemudian menuruni gunung sejauh 3 km. Upah yang diterima pemikul adalah Rp 600 untuk setiap 1 kg. Seorang pemikul biasanya hanya mampu membawa turun satu kali setiap harinya, karena beratnya pekerjaan.

Pemikul belerang sedang melalui dinding kaldera

Kami memutuskan untuk turun ke kawah, tapi tidak semua anggota ikut. Di dasar kawah, sejajar dengan permukaan danau terdapat tempat pengambilan belerang. Asap putih pekat keluar menyembur dari dalam pipa besi yang dihubungkan ke sumber belerang. Lelehan 600oC fumarol berwarna merah membara meleleh keluar dan membeku karena udara dingin, membentuk padatan belerang berwarna kuning terang. Terkadang bara fumarol menyala tak terkendali, yang biasanya segera disiram air untuk mencegah reaksi piroporik berantai. Batu-batuan belerang ini dipotong dengan linggis dan diangkut kedalam keranjang. Bernapas dalam lingkungan seperti ini dibutuhkan perjuangan tersendiri. Jika tidak terbiasa, seperti kami contohnya, akan mengalami sesak nafas dan sedikit pusing karena terlalu banyak menghirup asap belerang. Mata pun mengeluarkan air seperti sedang mengupas bawang merah. Baunya hampir mirip dengan gas Lumpur Lapindo, mungkin dikarenakan sama-sama mengandung unsur 'S' (sulphur). Para penambang umumnya bekerja sambil menggigit kain sarung atau potongan kain seadanya sebagai penapis udara, tapi sekarang sudah ada yang menggunakan masker.

Harus ekstra hati-hati

Pemandangan kawah dari bawah

Berikut foto-foto yang diunggah dari http://www.boston.com:
Photo oleh: Ulet Ifansasti (Getty Images)

Kawah Ijen di malam hari

Penambang belerang

Fumarol berwarna merah membara meleleh keluar

Otot-otot pemikul belerang

Belerang yang sudah membeku dan siap diangkut

Dari bawah kami bisa melihat kawah dengan jelas. Kawah ini memiliki kedalaman 200 meter, dan derajat keasaman nol. Keasamannya cukup kuat untuk melarutkan pakaian dan jari jemari, katanya. Tapi saya sempat mencuci tangan dengan air kawah, dan ternyata tidak terjadi apa-apa, cuma terasa sedikit perih setelahnya. Di sana kami juga bertemu dengan dua orang wisatawan dari Bandung, dan sempat sedikit mengobrol. Menurut mereka pemandangan di kawah Ijen lebih bagus daripada kawah Putih di Bandung. Pemandangannya masih alami, kata mereka. Sayang sekali saya tidak sempat melihat sunrise di sini, tapi lain kali saya akan kembali. Kamu juga harus coba berkunjung ke sini, jika butuh guide, saya siap mengantarkan.


NB:
Thanks to Allah SWT atas keindahan yang telah diciptakan dan kesempatan bagi kami untuk menikmatinya. Terima kasih juga buat 12 tim lainnya: Kiki, Githa, Decy, Putri, Andre, Dipta, Martha, Irsyad, Rian, Ari, Nurul, Fajar.

Terimakasih buat mas Ulet Ifansasti atas foto-foto penambang belerangnya yang luar biasa. Saya ambil dari koleksi Big Picture:
http://www.boston.com/bigpicture/2009/06/sulfur mining in kawahijen.html

Sebuah fakta menarik kalo Kawah Ijen adalah salah satu danau asam terbesar di dunia!
http://news.softpedia.com/news/The-Largest-Acid-Lake-on-Earth-81388.shtml

Jumat, 20 Maret 2009

High Dynamic Range















Setelah membaca judul artikel ini, dalam benak anda mungkin bertanya-tanya, High Dynamic Range, apa maksudnya? Istilah ini memang terdengar asing bagi sebagian orang, sama seperti saat dulu saya pertama kali mendengarnya. HDR (High Dynamic Range) adalah salah satu teknik pemotretan yang bisa menghasilkan foto yang detil dan ketajamannya pun sangat jelas, seperti pada saat anda melihat obyek tersebut secara langsung.

Setelah melihat foto di atas, dalam benak anda mungkin akan bertanya-tanya kembali, apakah hubungannya HDR dengan pria di atas? Benda apakah yang dipegang pria itu? Berapakah jumlah uang yang dipegang pria itu? Mengapa pria itu terlihat begitu tampan? Hahaha... Stop! Jangan bertanya-tanya lagi, saya akan jelaskan semuanya.

Sebenarnya tulisan ini dibuat karena ada permintaan dari teman saya. Dia baru saja menyelesaikan sidang tugas akhirnya, dan berencana melanjutkan studinya ke Perancis, serta bercita-cita untuk segera menikah. Nice plan!!! Selamat dan semoga sukses. Banyak teman menganggap saya orang yang sombong, padahal sebenarnya tidak, apalagi kalau sudah kenal dekat. Mungkin kalau sedikit cuek itu benar, makanya sekarang saya mau lebih perhatian sama teman-teman, salah satunya dengan cara mewujudkan permintaan mereka seperti ini. Memang antara sombong, cuek, percaya diri, itu sulit dibedakan, apalagi kalau hanya dilihat dari luarnya saja. Yang paling mengerti diri kita hanya Dia yang menciptakan, karena Dia lebih dekat daripada urat nadimu sendiri.

Tahun 2007, Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh November tempat saya kuliah, tepat berusia 50 tahun. Dalam kemeriahan peringatan ulang tahun emas ini, salah satunya diadakan lomba foto. Lomba yang berhadiah total kurang lebih 8 juta rupiah ini, ditujukan untuk kalangan sipil, dan bertema Suasana Kampus Teknik Sipil. Tentu saja ini sangat menarik, karena hadiahnya yang tergolong besar dan saingannya yang hanya dari kalangan kampus. Bulat sudah keputusan untuk ikut serta dalam lomba ini.

Mengambil kata-kata teman saya, “Saya adalah orang biasa yang dikelilingi orang-orang luar biasa,” rasanya cocok untuk menggambarkan keadaan ini. Tim saya terdiri dari tiga orang. Pertama, bernama Wulung Anggara Hanandita, mahasiswa sebuah universitas di Jepang, gila fotografi sejak kecil, menjadi ketua panitia IJPE (Indonesia Japan Photo Exhibition) A Photo Exhibition for International & Cultural Exchange Between Indonesia and Japan, pada tahun 2008. Kebetulan saat ada lomba ini dia sedang libur musim panas dan pulang ke Indonesia. Kedua, adalah Hanif Santoso, mahasiswa Teknik Geomatika ITS, tidak kalah gilanya dengan yang pertama, menjadi fotografer ITS Online sejak 2005. Ketiga, ya saya sendiri. Berikut foto-foto yang kami kumpulkan ke panitia lomba, beserta deskripsi fotonya.

______________________________________________________________

Teknik Sipil ITS :
“TAMAN KAMPUSKU”


Kehidupan manusia tak bisa dipisahkan dengan lingkungan sekitarnya. Dimana pun berada, di situ pula seseorang yang berpijak memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya. Seperti halnya yang terdapat di Kampus Teknik Sipil ITS ini. Terlihat di berbagai sudut halaman, taman yang tertata dengan rapi. Keberadaannya tak hanya memberikan fungsi keindahan secara estetika. Namun yang lebih penting adalah fungsinya sebagai penyeimbang lingkungan. Oleh karenanya dapat memberikan suasana lingkungan tetap bersih, sehat serta nyaman.

Untuk itu dalam kesempatan ini, saya ingin menunjukkan keindahan itu lewat lensa kamera. Terdiri dari tiga foto yang semuanya terdiri dari gambar keadaan taman. Foto diambil dengan teknik HDR (High Dynamic Range). Menggabungkan tiga frame dengan exposure yang berbeda untuk mendapatkan hasil pencahayaan yang baik. Digunakan kamera Canon EOS-1D Mark II.

1. Taman Teknik Sipil ITS tampak depan


Terlihat secara luas keindahan taman Teknik Sipil ITS pada sore hari, yang kini usia mencapai usia emas (50 tahun) dengan berbagai gelar prestasinya yang telah dicapainya.


2. Taman Teknik Sipil ITS tampak atas


Hijaunya dedaunan pada pohon serta rumput memberikan kesegaran serta kenyamanan di sekitarnya. Khususnya pada laboratorium struktur dan hidro yang letaknya berdektan dengan taman.


3. Detil taman Teknik Sipil ITS


Kesejukan suasana taman sebelah laboratorium hidro terpancar di pagi hari. Seiring menyambut dimulainya aktivitas akademik di kampus Teknik Sipil ITS.


Surabaya, 26 September 2007
Rizki Setiadi
NRP. 3105 100 084

______________________________________________________________


Alhamdulillah, foto yang pertama dianugerahi juara I, dan foto yang ketiga juara IV atau harapan I. Kami sungguh tidak menyangka mendapatkan ‘double-double’ seperti itu. Sebenarnya hasil jepretan kami cukup banyak, tetapi setelah diseleksi dipilihlah tiga foto tersebut, kami tidak tau kalo satu orang bisa menang lebih dari satu kali (seperti Ana Bella dan Brandon), tau gitu kami kumpulkan saja semua foto-fotonya, hehe. Hadiah yang didapatkan lumayan lah, bisa dibuat makan-makan, itung-itung sebagai ucapan terima kasih kepada teman-teman sacharosa yang turut membantu. Tidak lupa juga terima kasih buat saudara Hanif dan Wulung. Kameranya keren, menang lomba ini sepuluh kali belum bisa terbeli itu kamera, he.


Mudah-mudahan setelah membaca cerita di atas bisa menginspirasi teman-teman. Sekarang saatnya bagi-bagi tips (kumat sombongnya, memang sulit dibedakan kan). Ini diambil dari majalah Snap! Inspirasi dan Panduan Fotografi, edisi Maret 2007. Hakikat foto adalah memindahkan pandangan mata ke dalam media rekam sehingga terciptalah gambar dua dimensi. Di tangan fotografer berpengalaman, subyek yang terekam dalam foto itu bisa tampak lebih hidup dan seolah membentuk bidang tiga dimensi.

Untunglah, teknologi digital memudahkan segala hal, termasuk membuat foto 3D. Lihatlah foto-foto di atas, semuanya memperlihatkan kedalaman ruang atau berdimensi. Detil dan ketajamannya pun sangat jelas, seperti pada saat anda melihatnya secara langsung. Itulah kehebatan teknik HDR. Kelemahan kamera digital, yakni kurang bisa merekam subyek dengan kekontrasan tinggi, teratasi oleh HDR. Setiap detil dalam foto-foto kami tidak satu pun memperlihatkan bagian gelap menghitam atau terang berlebihan.

Jujur saja, sebetulnya teknik memotret untuk mendapatkan foto HDR sama saja dengan teori memotret pada umumnya. Bedanya, kali ini anda mesti membuat banyak foto dengan sasaran yang sama. Pastikan subyek foto tidak bergerak. Gunakan tripod agar kamera tidak goyang. Geser sedikit saja, foto HDR pasti tampak berbayang atau tidak fokus.

Yang harus diingat, HDR dapat membuat semua bagian gambar terlihat jelas dan detil, baik dalam hal warna maupun ketajaman. Jadi, HDR sangat cocok diterapkan pada foto landscape, terutama yang memiliki perbedaan gelap dan terang sangat mencolok. Obyek lain juga boleh anda jadikan foto HDR. Saran kami, carilah sudut pengambilan gambar yang bisa memperlihatkan dimensinya, misalnya lorong yang menyempit. Ini butuh imajinasi.

Sebaiknya, gunakan lensa dengan fokus manual. Kamera saku biasanya tidak dilengkapi fasilitas fokkus manual. Bila situasinya demikian, apa boleh buat, usahakan fokus otomatis di kamera ini selalu menunjuk titik yang sama pada setiap pemotretan.

Potretlah sasaran anda dengan beragam takaran eksposur supaya nantinya tak ada bagian gambar yang terlalu gelap maupun terang. Jepretlah subyek tersebut dengan nilai eksposur normal terlebih dahulu. Selanjutnya, ubah intensitas cahaya dengan memperlambat (untuk kondisi overexposure) atau mempercepat kecepatan rana (menciptakan foto underexposure). Jangan mengubah diafragma lensa karena akan merusak ketajaman gambar pada foto HDR.

Sesudah terkumpul, siapkan semua gambar tadi di komputer. Gunakan aplikasi olah gambar digital khusus untuk menyulapnya menjadi foto HDR. Selain photoshop, ada beberapa software untuk membuat foto HDR, salah satunya memakai program Photomatic Pro 2.3.3, karena ringan dan hasilnya bagus. Versi trial-nya dapa anda unduh dari www.hdrsoft.com. Tips untuk membuat HDR dari sebuah foto, sebaiknya gunakan potret berformat RAW agar warna pada foto tetap akurat.

Pesan kami, walau demikian, teknik HDR tidak akan mematikan fotografi. Teknik pemotretan yang baik tetap syarat utama untuk menghasilkan karya yang baik juga.

Kamis, 26 Februari 2009

Launching Jersey !!!

Ini dia jersey baru Teknik Sipil ITS, dengan model klasik minimalis dan didominasi oleh warna hijau tua. New jersey new hope, jersey yang terinspirasi oleh tim Boston Celtics, juara bertahan NBA, dan dimodifikasi dengan sentuhan modern pada bagian samping, dengan motif daun, mungkin terinspirasi oleh band baru fenomenal, hijau daun (band favorit teman saya yang bernama Ayos, hahaha...), semoga akan membawa harapan baru dan memberi motivasi bagi tim teknik sipil untuk bisa menjuarai Rektor Cup 2009, amin...




Gimana menurut kalian ???