Senin, 17 Agustus 2009

JFC 8


Hooaaammm.. Akhirnya bangun juga dari tidur panjang.. Sudah lama tidak posting di blog, bukan karena gak ada ide atau kehabisan bahan cerita, tapi karena waktu saya yang tersita oleh urusan per-Tugas Akhir-an. Alhamdulillah.. Sekarang semuanya sudah beres, lega sekali rasanya dan nama saya pun menjadi bertambah panjang, yaitu Rizki Setiadi, ST. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Biasanya setelah menyelesaikan suatu pekerjaan yang sangat berat, hal yang paling enak dilakukan adalah klik kanan-refresh (atau tekan F5), menyegarkan kembali jiwa dan raga kita dari rutinitas yang melelahkan. Jangan pernah menyepelekan refreshing, karena itu adalah salah satu kebutuhan. Anda bisa gila jika tidak melakukannya, jadi luangkanlah saja barang sedikit waktu. Refreshing kali ini saya isi dengan mengunjungi tempat yang sungguh indah, sampai-sampai saya memutuskan untuk tidak ikut pergi berlibur bersama teman-teman ke Pulau Bali. Tempat itu tiada lain adalah my beloved city, Jember, hahaha.. home sweet home, memang tidak ada tempat yang seindah rumah sendiri.

Saya tahu anda kecewa mendengarnya, mungkin dalam benak anda berpikir "Apa bagusnya sih Jember, tidak mungkin ada cerita menarik dari sana". Yah.. namanya juga terpaksa, karena masalah finansial. Selain menyita kapasitas otak ternyata Tugas Akhir juga menyita pundi-pundi keuangan saya, sehingga saya tidak bisa berlibur ke tempat yang jauh. Tapi tenang dulu.. kalo tidak ada cerita menarik, tidak mungkin saya posting ke blog ini.

Pernah dengar tentang BBJ (Bulan Berkunjung ke Jember). Ya, itu adalah program pemerintah Kabupaten Jember untuk menarik wisatawan datang ke Jember. Bulan Juni-Agustus adalah waktu dimana saya menganjurkan kepada anda untuk mengunjungi kota ini. Serangkaian acara menarik telah disiapkan oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu tersebut, sayang sekali jika dilewatkan. Jadi selain berkunjung ke wisata alamnya, anda juga bisa menikmati acara-acara yang disajikan. Salah satu acara yang akan saya ceritakan berikut ini bernama JFC (Jember Fashion Carnaval).

Minggu, 2 Agustus 2009, ruas jalan mulai dari Alun-Alun sampai dengan GOR Kaliwates dijejali oleh ratusan ribu orang. Padahal ruas jalan ini merupakan jalan utama di Kota Jember, sehingga lalu lintas di kota ini menjadi benar-benar lumpuh hari itu. Jalanan memang sengaja ditutup dikarenakan ada event JFC. JFC adalah fashion carnaval on the street, yang merupakan fashion dance dan fashion runway terpanjang di dunia dan telah tercatat di MURI sebagai peragaan busana dengan catwalk terpanjang 3,6 km, lebih panjang dari Festival Rio De Janeiro di Brazil, yang hanya 1,1 km. Selain itu jika di Rio Carnival anda dapat melihat ratusan orang berkostum menarik dan sama, maka uniknya di JFC ini anda akan melihat ratusan orang berkostum menarik, tetapi tidak ada satupun yang sama.


Sesuai dengan visi yang diusung yaitu menjadikan Jember sebagai kota wisata mode pertama di Indonesia bahkan di dunia, JFC yang sudah memasuki tahun penyelenggaraan ke 8, kini menjadi salah satu agenda penting fashion internasional. Tidak heran jika banyak wisatawan atau jurnalis asing yang sengaja datang ke Jember untuk menyaksikan event ini. Acara JFC ini selalu mendapat liputan dari media lokal maupun internasional.(Kompas, Tempo, Media Indonesia, Antara, Reuters, AFP, National Geographic, dll).



Tahun ini JFC mengangkat tema utama “World Unity”, yang berarti satukan dan damaikan dunia. Tema ini merupakan pesan dalam mengantisipasi segala hal yang berkembang di dunia baik dari masalah sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Sekaligus mengingatkan kita akan dampak isu global warming, krisis pangan dan lain-lain.




Sebanyak 550 peserta berkarnaval, berfashion runway dan dance, di jalan utama kota Jember disaksikan oleh ratusan ribu penonton di kanan dan kiri jalan. Mereka terbagi dalam 8 defile yang masing-masing defile mencerminkan trend fashion pada tahun yang bersangkutan. Defile pertama adalah defile Archipelago yang mengangkat tema busana nasional dari daerah tertentu secara berkala seperti Jawa, Bali, Sumatera, dan seterusnya. Defile lainnya mengangkat tema fashion yang sedang trend apakah dari suatu negara, kelompok tertentu, film, kejadian atau peristiwa global lainnya. Ketujuh defile tersebut antara lain Barricade, Off Earth, Gate-11, Roots, Methamorphic, Undersea, dan Robotic. Semua busana dibuat dalam bentuk kostum yang kesemuanya dikompetisikan untuk meraih penghargaan-penghargaan. Total ada 75 piala JFC yang diperebutkan.



Peserta merancang, membuat, dan memperagakan sendiri kostum mereka termasuk juga make up dan hair style yang ditampilkan. Untuk itu sebelumnya seluruh peserta yang berasal dari berbagai latar belakang usia, pendidikan dan status sosial mendapatkan in house training fashion design, fashion runway, dance, presenter, make up dan hair style yang diberikan secara cuma-cuma. Tujuannya adalah menggali potensi diri peserta dengan memberikan kesempatan untuk pengembangan kreativitas sehingga akan terlahir ide-ide baru baik dibidang seni tari / dance, merancang busana, aksesories dll. Hal ini sesuai dengan misi JFC yaitu suatu proses atau perjalanan yang membawa banyak manfaat bagi pengembangan dunia pendidikan kita (SDM), kesenian, budaya dan perkembangan perekonomian. So, see you in the next World Fashion Carnival.